21 Juli 2007

2007

NGOdJEk yukz..

Ya Allah....

Di pintu mu hamba mengetuk....
hati ini tak menentu rasanaya...

Ya Robbi....
Mengapa harus hamba terjerambab lagi dalam dosa ?
sedang dosa hamba terdahulu saja belum tentu Engkau
telah ampuni....

Ya Robbi...
Mengapa harus hidupku kelam...
hidupku terasa hampa dan pahit....

Ya Robbi...
Masih kah ada kesempatan bagiku untuk bertobat ??
Bilakah ajalku tiba ???
Aku tak sanggup lagi untuk hidup...bela ternyata hidup
ini tak bisa lagi kuhindari untuk berbuat dosa...

Ya Robbi....
Ku ingin memelukMu...
betapa hati ini tercabik-cabik. ..
mengapa harus ku terima semua karma ini ??

Ya Robbi...
Izin kan aku bersujud kepada Mu
mengharap ampunan & belas kasih Mu...hingga tak ada
lagi beban didiri ini...
izinkan hamba bersujud Ya Allah Ya Robbi... hingga
nyawa ini berpisah dari raga hamba....

ariefdani@yahoo.com

Imam Ghazzali dan Lalat
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani

Audzubillah himinas Syathonir Rojim
Bismilah hirRohman nirRohim

Untuk beberapa tahun, Imam Ghazzali mempunyai keraguan
yang paling besar selama hidupnya. Dia meragukan
Keberadaan Tuhan, berjuang sendiri dan berganti-ganti
antara kepercayaan dan kesangsian. Pada awalnya,
pengetahuan yang dia miliki tidak memberi manfaat bagi
dirinya sendiri. Tetapi ketika Tuhan memberinya rasa,
maka itu merubah segala sesuatu baginya.

Bagaimana cara Imam Ghazzali menjadi seseorang yang
mempunyai pengetahuan besar seperti itu? Karena rasa
hormatnya akan hari kelahiran Nabi Muhammad Salallahu
alayhi wasalam. Suatu hari, saat dia sedang menulis
suart yang mendesak dan sangat penting untuk
menyelamatkan hidup seseorang yang tinggal di kota
yang berbeda. Pada waktu itu untuk mengirim pesan kamu
membutuhkan seekor kuda untuk membawa pesan. Seekor
lalat hitam hinggap di pena yang dia gunakan untuk
menulis – pada masa itu tidak ada semacam tinta
seperti sekarang ini – adanya saffron dan aneka tinta
lainnya dengan keharuman yang manis.

Lalat hitam itu datang dan minum untuk memuaskan rasa
dahaganya. Dan hal tersebut masuk kedalam pikiran
Ghazzali, “Hari ini adalah malam hari lahirnya Nabi
SAW – Allah telah menciptakan diriku dari cahaya (nur)
Muhammad SAW, dan Allah telah mencipta semua ciptaan
yang ada di Bumi ini dari cahaya Muhammad SAW. Lalat
hitam inipun diciptakan dari cahaya itu juga, maka aku
akan membiarkannya minum untuk memuaskan rasa
dahaganya, karena cinta Nabi SAW.

Dan secepatnya dia melakukan hal tersebut, Allah
membuka lapisan-lapisan langit untuknya. Dia bisa
melihat makna spiritual menyelubungi segala sesuatu
yang ada dihadapannya dengan fokus yang jelas. Visinya
tidak menyebar kemana-mana – tetapi sudah secara
digital. Dan kemudian suatu pembukaan/penceraha n
datang padanya, lalu dia menulis sebuah buku
berjudul Kebangkitan Pengetahuan Agama, yang mana
semuanya berisi ilmu pengetahuan tentang Sufi.
"arief dani" ariefdani@yahoo.com

Belajar Adalah Mengerjakan
Oleh: Agussyafii


Setiap kali istri saya mensetrika baju, mencuci atau memasak selalu mengajak
Hana. Bukan hendak disuruh tapi karena tidak ada yang menjaganya. Sejak
itulah Hana selalu mengerjakan apa yang ibunya kerjakan.

Itulah sebabnya istri saya selalu menyediakan setrika, kompor gas, piring,
panci, wajan, sendok, garpu, semuanya terbuat dari plastik. Ternyata baru
saya sadari bahwa Hana mengalami proses belajar lebih cepat dengan
mengerjakan seperti yang ibunya kerjakan.

Wassalam.
"Ananto Pratikno" ananto.ananto.pratikno@gmail.com

Pemikir vs. pelamun

Hidup mempunyai arti
Tapi hidup bisa tak berarti
Kehidupan terus berputar
Tapi bukan tanpa akhir
Arti hidup adalah kehidupan itu sendiri

Jangan karena tujuan kita hidup jadi tak berarti
Jangan karena tak berarti kita hidup
Hidup penuh perjuangan
Hidup penuh pertentangan

Karena hidup kita bisa
Karena hidup kita tahu
Karena hidup kita mengerti
tapi banyak karena hidup
Mereka jadi tak berarti
Mereka jadi sampah masyarakat
Mereka jadi pecundang
Meraka jadi tak peka dengan yang lain
"saiful ahmad"


marilah kita bersyukur
Musim terus berganti, waktu terus berlalu, usia kian bertambah. Banyak yang
sudah kita lalui di kehidupan ini. Ada masa dimana kita merasa senang.
Tatkala kita menemukan pekerjaan idaman kita, mendapatkan promosi, dan terus
menapaki tangga karir yang lebih tinggi dengan fasilitas yang lebih baik
pula, kita memiliki perasaan senang. Ini mungkin merupakan salah satu titik
puncak dalam kehidupan kita. Dunia seakan sangat indah di masa itu.

Tak dapat dielakkan, ada pula masa dimana kita mengalami begitu banyak
masalah. Kita merasa sangat tertekan. Proyek kita mengalami hambatan ini dan
itu, atasan kita terus menuntut kita dengan kinerja tertentu, persoalan
rumah tangga, kejenuhan, dan lain sebagainya. Pada titik ini, kita menjadi
sangat bingung, konsentrasi kita terpecah, wajah kita muram, dan antusiasme
serta semangat kita semakin menurun.

Musim boleh berganti, waktu boleh berlalu, tapi kita harus terus belajar
menjadi orang yang bijak. Bila kita sedang melalui masa-masa yang senang,
apa yang kita lakukan? Kita tentunya harus bersyukur. Bila kita sedang
melalui badai dalam hidup kita, apa yang kita lakukan? Biasanya, mengeluh.
Setiap manusia normal, pasti pernah mengeluh. Memang hal tersebut bukan
sesuatu yang salah, tapi mengeluh juga bukan sesuatu yang baik dan bijak.
Kita merasa kecewa, kita merasa jenuh, bahkan kita marah terhadap orang lain
sebagai manifestasi dari permasalahan yang kita hadapi. Jelas ini tidak baik
bagi mental kita. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Yang harus kita lakukan adalah BERSYUKUR.
"Erwin Arianto"erwinarianto@gmail.com

0 Komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial